Ketua STIT Al-Ittihadiyah Labuhanbatu Utara menghadiri acara International Seminar di Garuda Plaza Hotel Medan. Sesuai degan undangan Rektor UIN Sumatera Utara Nomor B-228/Un.11.R/B.11a/Hm.00/12/2018 pada tanggal 3 Desember kepada Pimpinan STAIS se-Sumatera Utara dan undangan Kopertais Wilayah IX Provinsi Sumatera Utara untuk hadir dalam acara seminar internasional pada hari Sabtu 15 Desember 2018. Dalam acara tersebut STIT Al-Ittihadiyah Labuhanbatu Utara ikut berpartisipasi untuk hadir yang diwakili oleh Bapak Mursal Aziz, M.Pd.I sebagai pimpinan perguruan Tinggi.
International Seminar berjudul “Strengthen Indonesia Conteract Radicalism”. Seminar tersebut menghadirkan narasumber yang pakar pada tema tersebut. Adapun Narasumber yang hadir yaitu: TGS. Prof. Dr. KH. Saidurrahmann, M.Ag (Rektor UIN SU Medan), Dicky Sofjan, M.A., Ph.D (International Reserchers ICRS UGM Yogyakarta) dan Prof. Mark R. Woodward (Arizona State Universiy USA). Pada seminar tersebut Prof. Dr. KH. Saidurrahman, M.Ag memberikan pernyataan yang luar biasa berkaitan dengan radikalime tersebut, beliau mengatakan: “Radikalisme itu terjadi karena rakyat belum sejahtera”.
Radikalisme tidak sepantasnya diarahkan kepada umat Islam. Radikalime merupakan isu yang mengemuka belakangan ini dan lebih menyedihkan lagi bahwa radikalisme itu seolah-olah hanya dituduhkan dan diarahkan kepada Umat Islam saja. Hal tersebut juga banyak dikomentari peserta seminar yang berasal dari pimpinan perguruan tinggi. Banyak kasus yang sesungguhnya sudah termasuk kategori radikal dan teroris tetapi pada akhirnya tidak dinyatakan demikian karena pelakunya bukan umat Islam. Contoh kasus adalah penyerangan di Papua yang menewaskan banyak korban dan kejadian tersebut tidak dinyatakan sebagai teroris dan tidak ada pernyataan radikal, apakah karena pelakunya bukan Umat Islam. Hal yang sama juga dinyatakan bahwa pembantaian suku Rohingya di Miyanmar yang menewaskan banyak korban jiwa dan setelah ditelusuri diperoleh informasi bahwa pelakunya bukan umat Islam dan kelompok biadab tersebut tidak dinyatakan sebagai teroris dan radikal.
Islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Islam adalah agama yang cinta kedamaian. Rektor UIN SU Medan jug menyatakan bahwa tidak mungkin ada umat Islam yang berketuhanan Yang Maha Esa; tunduk dan sujud sehari semalam paling tidak tiga puluh empat kali sehari semalam mau berbuat radikal dan melawan. Seharusnya orang yang tunduk dan sujud adalah orang yang patuh dan tidak mungkin melawan serta radikal. Orang yang sujud adalah orang yang cinta Negara dan tidak radikal.
Perguruan Tinggi merupakan benteng penghambat radikalisme. Dengan diundangya pimpinan-pimpinan perguruan tinggi se-Sumatera Utara diharapkan dapat membantu dan memberikan solusi dalam memberantas faham radikalime yang menyebar melalui kampus-kampus. Dengar partisipasi yang baik dari berbagai perguruan tinggi Islam se-Sumatera Utara diharapkan dapat memberantas radikalime sehingga Indonesia menjadi Negara yang aman dan damai.